
Cerita Papua

Yoses adalah petani kopi di Wilayah Kiwirok, Pegunungan Bintang Papua. Pengetahuan mengenai teknologi rumah penjemuran kopi yang didapatkannya dari Program Ekonomi Hijau Papua digunakannya untuk menjemur biji kopi hasil panen kebunnya,
Cuaca yang terkadang hujan secara tiba-tiba, dengan rumah penjemuran membuat kopinya tetap kering.
Yoses kini bisa tetap menjaga mutu kopi miliknya dan harga jualnya pun meningkat.
“Anak-anak saya bisa sukses karena dari kopi”, ujar Mama Monica Takege
Mama Monica Takege menggantungkan hidup dan biaya sekolah anak-anaknya dari hasil kebun kopi mereka yang hanya seluas setengah hektar, kebun kopi yang didatanginya setiap hari terawat dengan baik, sehingga hasilnya bisa bagus.
Pengetahuan pengelolaan pasca panen yang didapatnya dari Program Ekonomi Hijau Papua membuat kualitas biji kopinya terjaga dengan baik


"Saya bisa hidup karena biji coklat dan saya mau hidup lebih sejahtera karena barang ini juga!" ujar Sofia Sanggrawai
Sofia Sanggrawai anggota dari kelompok petani kakao Nenem, Kampung Iwon, Distrik Gresi Selatan, Kabupaten Jayapura.
Petani kakao perempuan, dengan keuletan dan semangatnya dalam budidaya kakao, menjadi pendorong bagi perempuan lain untuk menanam pohon kakao di kampungnya.
Dominggus Masyewi, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Wondama memiiki semangat yang tinggi untuk masyarakat Papua, perhatiannya pada peningkatan perekonomian masyararakat.
Pada bulan Agustus 2018 lalu melakukan penanaman rumput laut bersama warga dari kampung Yende, distrik roon.


Pak Maikel Akwan, penduduk kampung Niyap, dulunya adalah seorang penebang kayu. Sebagai masyarakat pesisir serta keinginannya yang kuat untuk tidak lagi menjadi penebang kayu, membawa dirinya untuk mencoba komoditas rumput laut
Sekarang, Pak Maikel menjadi salah satu penangkar rumput laut dari kampung Niyap. Saat musim panen tiba, sebagian tanaman rumput laut akan dijadikan bibit untuk memperluas kebunnya, dan sebagian lagi akan dijual ke desa tetangga untuk ditanam di sana.
“Saya tidak mau lagi merusak hutan”, ujar Pak Maikel Akwan
"Saya Martina, sejak dulu saya memimpikan memiliki rumah sendiri."
Perkenalan saya dengan Program Ekonomi Hijau, memudahkan Mama Martina menjual hasil kopinya, dan kini hasil kopi sudah mulai terlihat dari rumah yang sedang dalam pembangunan sejak 2019 lalu.
"Saya Martina Edoway Petani Kopi"


“Dulu fuli hanya jemur saja begitu,” ujar Pak Paulus Hindom
Paulus Hindom adalah seorang petani pala yang juga ketua BUMKAM dari desa Palentindik, Kabupaten Fakfak
Kini Paulus sudah menggunakan rumah penjemuran bunga pala atau fuli bantuan dari Program Ekonomi Hijau Papua.
Dengan menggunakan rumah penjemuran ini, fuli akan kering secara optimal, kandungan minyak tidak banyak yang menguap, dan kualitas fuli kering semakin baik menurut Pak Paulus Hindom.
Mama Jo adalah satu dari 19 wirausahawan perempuan dari grup yang terdiri dari 36 peserta Pelatihan Pemasaran Digital yang diselenggarakan oleh Program Ekonomi Hijau Papua di Jayapura pada tahun 2020.
Mama Jo berinovasi ke model pemasaran berbasis web yang dapat membantunya mempertahankan volume penjualannya di masa-masa sulit COVID 19. Rata-rata Mama Jo menjual 40-50 Kg Nila Segar dan dengan pemasaran online-nya meningkatkan penjualannya lebih lanjut.
Silahkan kunjungi website www.kerambamamajo.com


“Sekarang hidup saya sudah lebih baik, harga kopi naik, kebun bersih, Program Ekonomi Hijau membantu saya untuk bagaimana meningkatkan mutu kopi. Saya senang, istri dan anak juga senang.” Ishak Babingga
Ishak Babingga adalah salah satu petani kopi yang kini mulai tekun dalam mengolah kebun kopi dan biji kopi di Kampung Walakma, Distrik Bpiri, Jayawijaya